Di dunia ini, sekalipun orang terhebat pasti memiliki hater begitu juga orang yang merasa tidak memiliki apapun tapi ada saja hater dalam hidupnya. Jangan jadikan itu beban hidupmu tapi tunjukan kepada mereka bahwa kamu bisa lebih dari mereka.
aku bakal ceritain tentang aku. Sebelum aku masuk sekolah aku termasuk cewe tomboy. Di komplek perumahanku mungkin cuma aku yang masih main dilapang, main sepedahan sendiri karna yang seusiaku jarang dan udah masuk TK. Ketika aku masuk sekolah kelas satu dan berjalan seperti biasa.
karna tugas kerja bapakku kami sekeluarga pindah. Begitu juga dengan sekolahku juga kakakku. Awal masuk sekolah baru aku merasa senang karna teman-teman baruku menyambut dengan baik. Tetapi tidak lama ada seorang cowo yang selalu mengejekku, mungkin karena tubuhku yang mungil dia suka mengejekku dengan sebutan sepatu bayi. Untuk umurku yang baru 6th dan kelas 2 mungkin itu hal yang mengesalkan karna aku anak baru dan tidak pernah berbuat macam-macam tapi dia mengejekku terus.
Lagi-lagi karna urusan pekerjaan bapakku aku harus pindah sekolah lagi. Aku masuk dikelas tiga.
Aku pernah mengalami kejadian di tampar oleh guru. Bukan karna aku nakal tapi emang guru itu suka main tangan. Untuk kelas tiga yang menurutku masih kecil sungguh tidak pantas jika cara mendidik seorang guru menampar muridnya jika muridnya tidak bisa mengerjakan didepan. Justru yang aku rasa setiap murid mengalami tekanan dan ketakutan yang berlebihan ketika belajar sehingga murid ketakutan terlebih dahulu dibanding bisa.
Balik lagi alasan kenapa aku ditampar. Waktu itu sedang ulangan, dan dibagi dua kloter, aku termasuk kloter kedua. Aku sedang iseng aja ngintip dibalik lubang kunci untuk melihat teman-teman. Menurutku itu bukan suatu kesalahan yang fatal toh aku tidak mencontek atau memberi tau temanku. saat aku mengintip, aku tidak tau klo dibelakangku sudah ada guru sehingga pas aku membalik badan aku ditampar. Yang aku sesalkan kenapa teman-temanku tidak memberitahu kalo dari jauh guru sudah terlihat. Mungkin karna mereka ingin melihat aku di marahi.
Aku bukan termasuk yang pintar atau golongan yang cantik. seperti biasa pasti disekolah ada kumpulan-kumpulan tertentu. Kadang aku suka kesal kenapa kebanyakan orang yang so pintar dan so paling kaya dan paling cantik itu sombong. Tapi aku tidak pernah mempermasalahkan. Selama aku bisa aku melakukan sendiri.
Saat itu aku duduk dikelas enam. Keluargaku mengalami keadaan yang krisis. Itu dikarenakan bisnis ibuku yang gagal banyak orang yang tidak mau membayar. Yang aku herankan mereka (tetanggaku) yang sirik malah mentertawakan keadaan keluargaku. Padahal keadaan keluargaku seperti itu gara-gara mereka. Tetapi mereka seakan-akan tidak punya dosa. Kejadian itu berdampak padaku sehingga teman-temanku menjauhiku. Tidak apa, berarti aku tau mana yang teman mana yang bukan teman.
kejadian itu berlangsung hingga aku masuk SMP. Mungkin mamahku juga tidak ingin sampai anaknya putus sekolah, walaupun pas kelas satu aku sering tidak masuk sekolah karna jarak sekolah yang jauh dan kadang tidak punya ongkos. Bahkan untuk bisa sekolah aku harus menunggu dulu dagangan ibuku terjual.
Keadaan keluargaku belum juga membaik sampai akhirnya harus menggadaikan rumahku. Mungkin itu suatu hal yang sulit tapi aku yakin Allah telah mempersiapkan yang terindah untukku dan keluarga. Saat itu mamah memutuskan untuk mencari rumah yang dekat dengan sekolahku karna dulu aku sering kesiangan. Lagi-lagi ada fitnahan entah darimana datangnya mengatakan bahwa "jelma teh laina indit ges diusir oge kunu bogana". Padahal saat itu kondisinya rumah yang aku tempati itu digadaikan kepada keluargaku sehingga kalau mau keluar harus menunggu tebusan dari pemilik rumah.
Akhirnya aku pindah ke tempat yang jaraknya lumayan dekat dengan sekolah dan aku bisa jalan kaki ke sekolah menyusuri jalan kereta. Tidak lepas lagi dari orang yang membenci.Keluarga aku yang kondisinya masih dibawah. Tapi masih aja ada yang sirik. Mungkin karna kami yang ngontrak. Ada omongan seorang tetangga yang menyindir "pah liat yang PNS juga punya apa sih rumah aja belum punya", celetuk seorang istri kepada suaminya. Mamahku yang mendengarnya hanya tersenyum biar Allah yang nanti menunjukannya. (cerita tentang kisah mamahku diceritain di part lain yaaa..).
bersambung ....
lanjut lagi nanti yaa see you :)