Tugas Non Fiction
1.
Metode analisis menggunakan sosiologi
sastra
2.
Karya sastra merupakan cerminan masyarakat
3.
Latar belakang kehidupan Jonathan
4.
Hubungan karya sastra “a modest proposal”
dengan fakta sejarah
5.
Pandangan Jonathan Swift mengenai
kehidupan sosial yang terjadi pada masa itu
6.
Pandangan pembaca terhadap essay Jonathan
Swift
Dalam
penelitian sastra kita harus memahami karya sastra tersebut. Sehingga kita bisa
menentukan metode pendekatan mana yang akan digunakan dalam penelitian sastra.
Dalam hal ini saya menggunakan metode analisis Sosiologi Sastra karena sasya
tertarik terhadap hal yang menjadi latar belakang adanya karya. Seperti yang kita
ketahui bahwa suatu teks ada karena ada teks sebelumnya. Dalam hal ini teks
adalah segala sesuatu yang ada di kehidupan kita. Oleh karena itu saya
menggunakan metode sosiologi sastra ini, upaya mencari tahu fakta sejarah yang
melatarbelakangi suatu karya.
Metode
penelitian Sosiologi Sastra bersifat reflektif. Karena sastra sebagai cerminan
kehidupan masyarakat. Seperti yang
dikatakan oleh Soekito dalam bukunya “Kesusasteraan dan Kesuasaan”, ia
berpandangan bahwa setiap karya sastra itu mencerminkan masyarakat dan
jamannya. Karena kehidupan sosial masyarakat akan memicu lahirnya karya sastra.
Karena suatu karya yang berhasil yaitu suatu karya yang bisa merefleksikan
zamannya. Oleh karena itu dalam penelitian sosiologi sastra memperbincangkan
antara pengarang dengan kehidupan sosialnya. Baik aspek bentuk maupun isi karya
satra akan terbentuk oleh suasana lingkungan dan kondisi sosial periode
tertentu. Oleh karena itu teks merupakan pantulan atau cerminan dari zaman
sebagai saksi zaman atau yang sering kita sebut data sejarah.
Langkah yang harus kita lakukan dalam penelitian ini yaitu dengan kita mencari tahu Latar belakang dari kehidupan si pengarang. Karena kita menggunakan metode analisis Sosiologi sastra dimana kehidupan pengarang berkaitan dengan lahirnya karya tersebut. Dalam hal ini kehidupan sosial atau pandangan pengarang terhadap sesuatu hal yang terjadi menjadi latar belakang mengapa karya ini muncul. Suatu karya yang lahir atau terbentuk, tidak lepas dari kritikan orang lain sebagai pembaca. Karena tidak selamanya pemikiran pengarang itu sesuai dengan apa yang pembaca inginkan. Dalam hal ini karya satra khususnya esai A modest Proposal ini merupakan pandangan pengarang terhadap jaman. oleh karena itu Suatu yang berkaitan pandangan atau pemahaman tentunya bisa menimbulkan hal-hal sifatnya kontroversial karena setiap orang itu punya cara pandang tersendiri dalam menyikapi sesuatu. Termasuk esai A Modest Proposal bisa menimbulkan kritikan karena mungkin sebagian pembaca atau kritikus tidak setuju dengan apa yang dikatakan Swift dalam esainya.
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya
bahwa sosiologi sastra terfokus pada masalah atau kehidupan manusia. Karena
dalam metode ini dikatakan bahwa suatu karya sastra itu merupakan cerminan
jaman atau kehidupan sosial pengarang. Menutut Laurenson dan Swingewood (1971)
pada Endraswara (2013) terdapat tiga perspektif berkaitan dengan sosiologi
sastra, yaitu: (1) penelitian yang memandang karya sastra sebagai dokumen
sosial yang didalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut
diciptakan, (2) penelitian yang mengungkap sastra sebagai cermin situasi sosial
penulisnya, dan (3) penelitian yang menangkap sastra sebagai manifestasi
peristiwa sejarah dan keadaan sosial budaya. Oleh karena itu, terlebih dahulu
kita harus mencari tahu latar belakang pengarang.
Latar belakang Jonathan Swift, beliau
lahir di Dublin 30 November 1667. Swift berperan aktif dikalangan gereka. Ia di
angkat menjadi pejabat gereja Anglikan di Irlandia. Tugasnya sebagai petinggi
gereja menuntutnya untuk melakukan beberapa perjalanan ke London. Karena hal
inilai essai-essai yang dibuatnya mulai dikenal banyak orang. Pada tahun 1710
Swift mencoba untuk memulai dalam dunia politik melalui peran aktifnya dalam
partai Whig yang lebih menekankan system pemerintahan parlemen dan
memperjuangkan golongan menengah. Namun seiring perkembangan politik yang
terjadi dan kekecewaan Swift dengan kinerja partainya. Ia memutuskan untuk
berganti partai menjadi anggota Tory. Ketika George 1 menduduki tahta kerajaan
Inggris untuk menggantikan Ratu Anne, Tory mulai kehilangan kekuatan politiknya
dan swift memutuskan untuk kembali ke Irlandia. Ia pun kembali dalam kegiatan
gereja hal tersebut berpengaruh terhadap tulisan-tulisan Swift berikutnya
menjadi lebih bersifat religious. Swift adalah orang yang penuh ambisi dan
sadar akan keistimewaan. Keangkuhan dan egosentrismenya yang besar mendatangkan kekecewaan dan kesengsaraan
batin pada dirinya sendiri. Termasuk dendam pada nasibnya juga terhadap
masyarakat seluruhnya. Semua itu dilampiaskan dalam tulisannya yang bernada
satiris, contohnya seperti a modest proposal tulisan Swift yang bernada satiris
dengan mengungkapkan keadaan yang terjadi pada jaman itu yaitu dengan kenyataan
mengejutkan yang menganjurkan bahwa kemiskinan di Irlandia dapat diatasi dengan menitipkan anak-anak
untuk diasuh oleh keluarga kaya.
Kekecewaan yang melatarbelakangkan
tulisan-tulisan Swift. Jika dilihat dari sudut pandang sejarah Irlandia pada
masa itu. Perbedaan agama yang menjadi salah satu hal pokok
di Irlandia. karena perbedaan
agama wilayah ini kemudian pecah menjadi dua bagian, yaitu Irlandia selatan
yang kemudian menjadi negara merdeka Republik Irlandia dan Irlandia utara yang
tetap merupakan bagian dari Inggris Britania. Setelah keduanya pecah, konflik
tidak berhenti begitu saja, karena ternyata perbedaan dua agama masih ada di
Irlandia utara.
Perbedaan budaya
ini kemudian memicu pada tuntutan yang berbeda antara kedua belah pihak.
Kelompok Kristen Katolik yang merupakan suku asli Irlandia menuntut untuk
bersatu dengan Republik Irlandia (Irlandia bagian selatan), sedangkan kelompok
kristen protestan menuntut agar Irlandia utara tetap menjadi bagian dari
Inggris Britania.
Konflik ini
terjadi antara dua kelompok yang berbeda agama yaitu Kristen Katolik dan
Kristen Protestan sejak tahun 1960-an sampai sekarang. Perang itu secara tidak
resmi terus bergulir sampai pada keputusan tentara Republik Irlandia (kelompok
kiri) mengumumkan secara resmi “selesai” melakukan perlawanan terhadap Inggris
pada tahun 2005.
Di dalam teori
dijelaskan bahwa identitas bukan merupakan faktor tunggal yang memicu terjadinya
konflik, tetapi merupakan faktor pembantu yang memicu terjadinya konflik.
Mengapa demikian, karena pihak yang berseteru akan berusaha mencari identitas
dirinya dan musuhnya ketika memulai terjadinya perseteruan ini. Sehingga
kemudian tercipta yang namanya musuh dari versi masing-masing pihak.
Dari fakta sejarah kita mengetahui bahwa
konflik perbedaan agama menjadi factor perpecahan suatu negera. Melalui essay-nya yang berjudul A modest proposal inilah ia mengungkapkan sebuah kekecewaan
kekuatan politik yang bersifat
satire berkenaan dengan kondisi ekonomi dan sosial pada
orang-orang miskin di Irlandia, di bawah peraturan pemerintahan Inggris. Essay
Swift ini lebih menerangkan akan
keadaan anak-anak Irlandia yang lahir di tengah keluarga miskin.
Dalam essainya swift mengatakan:
I THINK it is
agreed by all Parties, that this prodigious Number of Children in the Arms, or
on the Backs, or at the Heels of their Mothers, and frequently of their
Fathers, is in the present deplorable State of the Kingdom, a very great
additional Grievance; and therefore, whoever could find out a fair, cheap, and
easy Method of making these Children sound and useful Members of the
Commonwealth, would deserve so well of the Publick, as to have his Statue set
up for a Preserver of the Nation.
Kutipan diatas
menerangkan pemikiran Swift, ia mengatakan seolah-olah semua itu disetujui oleh
seluruh partai. Bahwa sangat banyak jumlah anak yang ada dalam ayunan atau
asuhan orang tua mereka merupaka sesuatu yang tercela dari sebuah kerajaan, hal
itu merupakan sebuah penambahan keluhan yang begitu besar. Bagaimanapun terdapat
ketidak adilan bagi seorang anak yang harusnya mendapatkan kasih sayang
orangtunya tetapi malah diperjual belikan kepada orang kaya.
Dari kutipan
diatas, terlihat ada sesutau keironisan ketika Negara yang berlandaskan azas
kerajaan, yang dimana di dalam suatu kerajaan terbangun suasana yang aman,
tentram dan sejahtera. Tapi malah bertentangan. Sebuah keadaan yang
bertentangan dengan posisi suatu Negara. Ketika Negara menjadi muncul dan
memiliki harkat yang tinggi namun masyarakat Negara tersebut hidup dibawah
tekanan kemiskinan yang seolah hidup di dalam suasana atau Negara miskin.
Terlihat bahwa pengungkapan kekecewaan
Swift melalui essainya. Dimana kehidupan yang begitu ironis. Kehancuran
kehidupan sosial, dimana anak menjadi suatu hal bisa diperjual belikan. keadaan
Negara yang tidak sesuai dengan seharusnya, dimana kehidupan yang aman dan
sejahtera harusnya diciptakan. Kehidupan masyarakat dibawah kemiskinan seakan
masa-masa keterpurukan terjadi pada Negara tersebut. Hal ini tentunya merupakan
pengungkapan keadaan sosial yang ada dengan menggunakan Satire atau sindiran.
Tetapi ada yang berpendapat lain terhadap esai ini yaitu Jared Lovin. Dia
berpendapat bahwa essai ini merupakan ide konyol Swift. Karena menurutnya
ide-ide yang diberikan swift dalam essainya menyalahi aturan dan terlihat
konyol seperti “He is proposing that
people should eat children, who are helpless and innocent. Because Swift talks
about killing and eating the children so freely and without much guilt, one
would think that he is insincere and untrustworthy.” Dimana dala kutipan
tersebut mengungkapkan bahwa Lovin beranggapan ide dari Swift itu konyol karena
menyarankan manusia untuk memakan anaknya. Tetapi yang saya lihat ini bukan
merupakan ide konyol. Essay Swift ini hanya sebagai sindiran kehidupan yang
terjadi. Dimana keterpurukan yang ada dengan pemerintahan yang hancur juga
masyarakat dengan keterbelakangan pendidikan juga rendahnya moralitas membuat
kesal Swift. Dengan adanya essay swift ini mungkin dia ingin menyadarkan
masyarakat agar bisa bangkit dari keterpurukan. Saya juga setuju dengan
pendapat Lovin dalam analisisnya “As we
can see from the above, Swift wants the people of Ireland to take a stand
against English opposition, work towards Irish “self-determination,” and have
an overall sense of national pride to solve Ireland’s economic situation.”
Pada kutipan tersebut Lovin berpandangan bahwa Swift ingin orang-orang Irlandia
untuk bangkit dan melakukan perlawanan terhadap oposisi Inggris dan juga harus
bangga terhadap Negara sendiri. Harus mempunyai rasa memiliki terhadap Negara.
Jadi apapun yang menyangkut Negara ketika Negara mengalami keterpurukan mereka
bisa bangkit bersama-sama untuk mengembalikan Negara mereka seperti yang
seharunya yaitu Negara yang aman dan sejahtera.
Sumber:
Swift,
Jonathan. 1729. A Modest Proposal. (esai dalam bentuk pdf)
Endraswara,
Suwardi.2013. Metode Penelitian Sastra.
Yogyakarta: CAPS.
Lovin, Jared. 2011. Analysis of Jonathan Swift’s “A Modest Proposal” available at www.lagrange.edu/resources/images/graphics/fyi/dec11/jaredlovinpdf (pdf)
Soekito,
Wiratmo. 1984. Kesusasteraan dan
Kekuasaan. Jakarta: Yayasan Arus
No comments:
Post a Comment