Monday, May 16, 2016

Karya Sastra Sebagai Refleksi Sejarah: Menggunakan Pendekatan Sosiologi sastra pada essai A Modest Proposal karya Jonathan Swift

Tugas Non Fiction
1.         Metode analisis menggunakan sosiologi sastra
2.         Karya sastra merupakan cerminan masyarakat
3.         Latar belakang kehidupan Jonathan
4.         Hubungan karya sastra “a modest proposal” dengan fakta sejarah
5.         Pandangan Jonathan Swift mengenai kehidupan sosial yang terjadi pada masa itu
6.         Pandangan pembaca terhadap essay Jonathan Swift

Dalam penelitian sastra kita harus memahami karya sastra tersebut. Sehingga kita bisa menentukan metode pendekatan mana yang akan digunakan dalam penelitian sastra. Dalam hal ini saya menggunakan metode analisis Sosiologi Sastra karena sasya tertarik terhadap hal yang menjadi latar belakang adanya karya. Seperti yang kita ketahui bahwa suatu teks ada karena ada teks sebelumnya. Dalam hal ini teks adalah segala sesuatu yang ada di kehidupan kita. Oleh karena itu saya menggunakan metode sosiologi sastra ini, upaya mencari tahu fakta sejarah yang melatarbelakangi suatu karya.
Metode penelitian Sosiologi Sastra bersifat reflektif. Karena sastra sebagai cerminan kehidupan masyarakat.  Seperti yang dikatakan oleh Soekito dalam bukunya “Kesusasteraan dan Kesuasaan”, ia berpandangan bahwa setiap karya sastra itu mencerminkan masyarakat dan jamannya. Karena kehidupan sosial masyarakat akan memicu lahirnya karya sastra. Karena suatu karya yang berhasil yaitu suatu karya yang bisa merefleksikan zamannya. Oleh karena itu dalam penelitian sosiologi sastra memperbincangkan antara pengarang dengan kehidupan sosialnya. Baik aspek bentuk maupun isi karya satra akan terbentuk oleh suasana lingkungan dan kondisi sosial periode tertentu. Oleh karena itu teks merupakan pantulan atau cerminan dari zaman sebagai saksi zaman atau yang sering kita sebut data sejarah.

Langkah yang harus kita lakukan dalam penelitian ini yaitu dengan kita mencari tahu Latar belakang dari kehidupan si pengarang. Karena kita menggunakan metode analisis Sosiologi sastra dimana kehidupan pengarang berkaitan dengan lahirnya karya tersebut. Dalam hal ini kehidupan sosial atau pandangan pengarang terhadap sesuatu hal yang terjadi menjadi latar belakang mengapa karya ini muncul. Suatu karya yang lahir atau terbentuk, tidak lepas dari kritikan orang lain sebagai pembaca. Karena tidak selamanya pemikiran pengarang itu sesuai dengan apa yang pembaca inginkan. Dalam hal ini karya satra khususnya esai A modest Proposal ini merupakan pandangan pengarang terhadap jaman. oleh karena itu Suatu yang berkaitan pandangan atau pemahaman tentunya bisa menimbulkan hal-hal sifatnya kontroversial karena setiap orang itu punya cara pandang tersendiri dalam menyikapi sesuatu. Termasuk esai A Modest Proposal bisa menimbulkan kritikan karena mungkin sebagian pembaca atau kritikus tidak setuju dengan apa yang dikatakan Swift dalam esainya.
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa sosiologi sastra terfokus pada masalah atau kehidupan manusia. Karena dalam metode ini dikatakan bahwa suatu karya sastra itu merupakan cerminan jaman atau kehidupan sosial pengarang. Menutut Laurenson dan Swingewood (1971) pada Endraswara (2013) terdapat tiga perspektif berkaitan dengan sosiologi sastra, yaitu: (1) penelitian yang memandang karya sastra sebagai dokumen sosial yang didalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diciptakan, (2) penelitian yang mengungkap sastra sebagai cermin situasi sosial penulisnya, dan (3) penelitian yang menangkap sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah dan keadaan sosial budaya. Oleh karena itu, terlebih dahulu kita harus mencari tahu latar belakang pengarang.
Latar belakang Jonathan Swift, beliau lahir di Dublin 30 November 1667. Swift berperan aktif dikalangan gereka. Ia di angkat menjadi pejabat gereja Anglikan di Irlandia. Tugasnya sebagai petinggi gereja menuntutnya untuk melakukan beberapa perjalanan ke London. Karena hal inilai essai-essai yang dibuatnya mulai dikenal banyak orang. Pada tahun 1710 Swift mencoba untuk memulai dalam dunia politik melalui peran aktifnya dalam partai Whig yang lebih menekankan system pemerintahan parlemen dan memperjuangkan golongan menengah. Namun seiring perkembangan politik yang terjadi dan kekecewaan Swift dengan kinerja partainya. Ia memutuskan untuk berganti partai menjadi anggota Tory. Ketika George 1 menduduki tahta kerajaan Inggris untuk menggantikan Ratu Anne, Tory mulai kehilangan kekuatan politiknya dan swift memutuskan untuk kembali ke Irlandia. Ia pun kembali dalam kegiatan gereja hal tersebut berpengaruh terhadap tulisan-tulisan Swift berikutnya menjadi lebih bersifat religious. Swift adalah orang yang penuh ambisi dan sadar akan keistimewaan. Keangkuhan dan egosentrismenya yang besar  mendatangkan kekecewaan dan kesengsaraan batin pada dirinya sendiri. Termasuk dendam pada nasibnya juga terhadap masyarakat seluruhnya. Semua itu dilampiaskan dalam tulisannya yang bernada satiris, contohnya seperti a modest proposal tulisan Swift yang bernada satiris dengan mengungkapkan keadaan yang terjadi pada jaman itu yaitu dengan kenyataan mengejutkan yang menganjurkan bahwa kemiskinan di Irlandia  dapat diatasi dengan menitipkan anak-anak untuk diasuh oleh keluarga kaya.
Kekecewaan yang melatarbelakangkan tulisan-tulisan Swift. Jika dilihat dari sudut pandang sejarah Irlandia pada masa itu. Perbedaan agama yang menjadi salah satu hal pokok di Irlandia. karena perbedaan agama wilayah ini kemudian pecah menjadi dua bagian, yaitu Irlandia selatan yang kemudian menjadi negara merdeka Republik Irlandia dan Irlandia utara yang tetap merupakan bagian dari Inggris Britania. Setelah keduanya pecah, konflik tidak berhenti begitu saja, karena ternyata perbedaan dua agama masih ada di Irlandia utara.
Perbedaan budaya ini kemudian memicu pada tuntutan yang berbeda antara kedua belah pihak. Kelompok Kristen Katolik yang merupakan suku asli Irlandia menuntut untuk bersatu dengan Republik Irlandia (Irlandia bagian selatan), sedangkan kelompok kristen protestan menuntut agar Irlandia utara tetap menjadi bagian dari Inggris Britania.
Konflik ini terjadi antara dua kelompok yang berbeda agama yaitu Kristen Katolik dan Kristen Protestan sejak tahun 1960-an sampai sekarang. Perang itu secara tidak resmi terus bergulir sampai pada keputusan tentara Republik Irlandia (kelompok kiri) mengumumkan secara resmi “selesai” melakukan perlawanan terhadap Inggris pada tahun 2005.
Di dalam teori dijelaskan bahwa identitas bukan merupakan faktor tunggal yang memicu terjadinya konflik, tetapi merupakan faktor pembantu yang memicu terjadinya konflik. Mengapa demikian, karena pihak yang berseteru akan berusaha mencari identitas dirinya dan musuhnya ketika memulai terjadinya perseteruan ini. Sehingga kemudian tercipta yang namanya musuh dari versi masing-masing pihak.
Dari fakta sejarah kita mengetahui bahwa konflik perbedaan agama menjadi factor perpecahan suatu negera. Melalui essay-nya yang berjudul A modest proposal inilah ia mengungkapkan sebuah kekecewaan kekuatan politik yang bersifat satire berkenaan dengan kondisi ekonomi dan sosial pada orang-orang miskin di Irlandia, di bawah peraturan pemerintahan Inggris. Essay Swift ini lebih menerangkan akan keadaan anak-anak Irlandia yang lahir di tengah keluarga miskin.
Dalam essainya swift mengatakan:
I THINK it is agreed by all Parties, that this prodigious Number of Children in the Arms, or on the Backs, or at the Heels of their Mothers, and frequently of their Fathers, is in the present deplorable State of the Kingdom, a very great additional Grievance; and therefore, whoever could find out a fair, cheap, and easy Method of making these Children sound and useful Members of the Commonwealth, would deserve so well of the Publick, as to have his Statue set up for a Preserver of the Nation.
Kutipan diatas menerangkan pemikiran Swift, ia mengatakan seolah-olah semua itu disetujui oleh seluruh partai. Bahwa sangat banyak jumlah anak yang ada dalam ayunan atau asuhan orang tua mereka merupaka sesuatu yang tercela dari sebuah kerajaan, hal itu merupakan sebuah penambahan keluhan yang begitu besar. Bagaimanapun terdapat ketidak adilan bagi seorang anak yang harusnya mendapatkan kasih sayang orangtunya tetapi malah diperjual belikan kepada orang kaya.
Dari kutipan diatas, terlihat ada sesutau keironisan ketika Negara yang berlandaskan azas kerajaan, yang dimana di dalam suatu kerajaan terbangun suasana yang aman, tentram dan sejahtera. Tapi malah bertentangan. Sebuah keadaan yang bertentangan dengan posisi suatu Negara. Ketika Negara menjadi muncul dan memiliki harkat yang tinggi namun masyarakat Negara tersebut hidup dibawah tekanan kemiskinan yang seolah hidup di dalam suasana atau Negara miskin.
Terlihat bahwa pengungkapan kekecewaan Swift melalui essainya. Dimana kehidupan yang begitu ironis. Kehancuran kehidupan sosial, dimana anak menjadi suatu hal bisa diperjual belikan. keadaan Negara yang tidak sesuai dengan seharusnya, dimana kehidupan yang aman dan sejahtera harusnya diciptakan. Kehidupan masyarakat dibawah kemiskinan seakan masa-masa keterpurukan terjadi pada Negara tersebut. Hal ini tentunya merupakan pengungkapan keadaan sosial yang ada dengan menggunakan Satire atau sindiran. Tetapi ada yang berpendapat lain terhadap esai ini yaitu Jared Lovin. Dia berpendapat bahwa essai ini merupakan ide konyol Swift. Karena menurutnya ide-ide yang diberikan swift dalam essainya menyalahi aturan dan terlihat konyol seperti “He is proposing that people should eat children, who are helpless and innocent. Because Swift talks about killing and eating the children so freely and without much guilt, one would think that he is insincere and untrustworthy.” Dimana dala kutipan tersebut mengungkapkan bahwa Lovin beranggapan ide dari Swift itu konyol karena menyarankan manusia untuk memakan anaknya. Tetapi yang saya lihat ini bukan merupakan ide konyol. Essay Swift ini hanya sebagai sindiran kehidupan yang terjadi. Dimana keterpurukan yang ada dengan pemerintahan yang hancur juga masyarakat dengan keterbelakangan pendidikan juga rendahnya moralitas membuat kesal Swift. Dengan adanya essay swift ini mungkin dia ingin menyadarkan masyarakat agar bisa bangkit dari keterpurukan. Saya juga setuju dengan pendapat Lovin dalam analisisnya “As we can see from the above, Swift wants the people of Ireland to take a stand against English opposition, work towards Irish “self-determination,” and have an overall sense of national pride to solve Ireland’s economic situation.” Pada kutipan tersebut Lovin berpandangan bahwa Swift ingin orang-orang Irlandia untuk bangkit dan melakukan perlawanan terhadap oposisi Inggris dan juga harus bangga terhadap Negara sendiri. Harus mempunyai rasa memiliki terhadap Negara. Jadi apapun yang menyangkut Negara ketika Negara mengalami keterpurukan mereka bisa bangkit bersama-sama untuk mengembalikan Negara mereka seperti yang seharunya yaitu Negara yang aman dan sejahtera.

Sumber:
Swift, Jonathan. 1729. A Modest Proposal. (esai dalam bentuk pdf)
Endraswara, Suwardi.2013. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS.                  
Lovin, Jared. 2011. Analysis of Jonathan Swift’s “A Modest Proposal” available at www.lagrange.edu/resources/images/graphics/fyi/dec11/jaredlovinpdf (pdf)
Soekito, Wiratmo. 1984. Kesusasteraan dan Kekuasaan. Jakarta: Yayasan Arus







No comments:

Post a Comment