“Mama adalah cahaya ditengah gelapnya dunia,
Memancarkan kasih yang tulus disetiap langhkahku.
Ditengah kejamnya dunia
selalu ada peluknya yang menenangkan.
Menjadi kekuatan ditengah masalah,
penghadir nyaman ditengah gelisah.
Ketika cintanyanya mampu
menjadi penghapus dikala lara.
Senyumnya adalah sebuah harapan akan
kebahagiaan.”
Mama, seuntai puisi ini
bukanlah caraku untuk menebus semua jasamu. Karena apa yang kau beri melebihi
sebuah kata, sejumlah harta, bahkan melebihi seisi dunia. Ketika kau menahan hebatnya rasa sakit melahirkanku,
keringatmu kala itu sangat berharga, karna tiap butir keringat adalah
perjuangan dan harapanmu untuk kehidupanku. Begitupun ketika sembilan bulan kau mengandungku, kau relakan bentuk indah tubuhmu
menjadi lebar demi aku yang ada di rahimmu. Tak peduli beratnya, tubuhmu
menopangku hingga untuk berjalanpun kau kesulitan.
Kau bangun dan tak
mengenal betapa hebatnya kantukmu, Tangisanku disetiap malam, tidak menjadikan lelahmu
untuk mengeluh.
Mah aku ingat ketika aku kecil, kau
berusaha membimbingku untuk melangkah. Terjatuh puluhan kali tidak membuatmu
patah semangat untuk melatihku. Hingga akhirnya perjuanganmu membuahkan hasil,
dan aku bisa melangkah untuk pertama kalinya. Begitupun dengan hidup ini, kau
mengajariku arti kehidupan, tak peduli ku terjatuh hingga titik nadirku kau
adalah penyemangatku untuk terus bangkit dari keterpurukan.
Ketika aku sakit, kaulah
yang pertama kali merasakan gelisah, hingga tidurpun tak nyenyak. Makanpun tak
berselera. Dipikiranmu kala itu hanya ingin bagaimana caranya agar aku sembuh.
Doamu yang kau panjatkan tiap malam hanya tentang aku dan aku, hingga akhirnya ku bisa merasakan diri ini
sehat kembali, senyummu kembali terpancar, bagaikan bunga yang layu kembali
mekar. Sungguh senyuman penuh ketulusan.

Ketika ku beranjak
memasuki masa sekolah dasar, kau tak henti-henti membujukku untuk bangun setiap pagi, menyiapkan sarapan dan mengantarku ke sekolah. Kegiatan yang tiap pagi rutin kau lakukan. Hingga akhirnya aku duduk
di bangku SMP, sikapku mulai berubah. Aku yang dulu selalu kau ajak bicara ketika
menangis saat malam agar ku tenang dan terlelap kembali. Kini untuk sekedar
bersendagurau pun sangat jarang. Aku yang mulai menikmati masa remajaku dengan
teman-teman sebayaku. Tetapi
kau selalu menyempatkan untuk mengajakku
mengobrol agar aku selalu terbuka dengan semua apa
yang terjadi di masaku. Untuk sekedar mengetahui apa yang anaknya lakukan,
rasakan. Begitupun ketika SMA, masa diamana kelabilan ku dalam
berfikir, yang membuatku mulai egois dan keras
kepala. Tapi dengan tutur katamu yang lembut dan sikapmu yang tegas membuatku
luluh dan tetap menjadi anak yang patuh.
Ketika sebagian orang tua menggunakan lengannya untuk mendidik anak anaknya, tapi kau dengan sabar dan penuh perhatian mendidikku.
Karena kau tau bagaimana cara mendidik anaknya agar menurut dan mengerti tanpa
harus dengan perlakuan yang kasar.

Mah tanganmu yang selalu ku cium saat pagi, ku hendak berangkat, Tangan yang penuh perjuangan dan
pengorbanan sejak ku kecil hingga ku dewasa. Dulu ketika kau muda mungkin kau
merawat tubuhmu menggunakan perawatan yang mungkin biayanyapun menyisihkan dari
uang sakumu, hingga wajahmu asri, tanganmu lembut dan membuat terpukau ayah dan
menjadikanmu seorang istri sekaligus Mamahku saat ini. Tapi ketika ku mulai
dewasa dan kaupun menua, kau tak mempedulikan itu semua, yang kau tau hanya
bagaimana anakmu bahagia. Aku tau ketika kau bingung untuk mengatur keuangan dalam
keluarga, tapi kau tak pernah mengeluh kepada anakmu. Kau rela memberikan uang
untuk perawatanmu demi uang jajanku. Mah sungguh ingin sekali ku
membahagiakanmu, menjadikanmu ratu dikehidupanku, membuatmu cantik dengan
pesonamu.

Ketika kau mulai merasakan tubuhmu tak lagi muda, dengan semua gejala yang dirasa. Melihat dirimu yang mengeluhkan beberapa bagian tubuh yang mulai sakit dan tidak lagi kuat. Sangat sedih melihat mamah sakit, mah di
Elevenia banyak produk kesehatan yang bisa membantu mamah ingin sekali aku melihat mamah sehat selalu, agar bisa menemaniku. Karena bahagia dan senyumu adalah penyemangatku.
cerita ini sedang mengikuti kontes blog di sebuah situs belanja
Elevenia